Rabu, 12 Juni 2013

Pelajaran Kehidupan dari keluarga penjual Nasi Goreng (pak mahrum)

buku-buku dan segala macam handout , paper kuliah, kertas slide berserakan disekeliling tempatku duduk. di karpet kesayangan. dari siang habis uas mata kuliah pengukuran teknik yang soalnya mencengangkan. gimana tidak mencengangkan,, soal multiple choice, pilihannya sampe 6 (a,b,c,d,e,f). dan pilihan dari jawaban itu hampir sama. tuh soal benar benar bikin galau tingkat kecamatan.
.

dan kulanjutkan lagi belajarku setelah mengambil kewajiban 3 rakaat. mulai menemukan ketenangan dan melupakan ke-wooww-an soal pengukuran. ku ambil salah satu slide tentang optimasi desain, dan disampingnya laptop tengah menjalankan simulasi pemesinan yg sebelumnya telah aku buat. karena dalam waktu yang bersamaan, matakuliah cad/cam juga turut serta. hehee dan aku mulai mempelajarinya dengan serius (secara besoknya aku ujian 2 mata kuliah (optimasi desain & cad/cam) di ruang yang sama dan waktu yang sama pula) biasanya juga tak pernah seserius ini. hahaahaha
.
karena tak pernah belajar dengan metode "serius", aku cuma bisa bertahan 30 menit. setelah itu dilanjutin belajarku dengan pegang hape, sms adek, lanjut pegang bb, twitteran dan promosi seminar.. (belajarnya 30 mnit, pegang hape dan segala tetek bengeknya 1 jam). bener-bener payah dah gue.
.
jam mulai menunjukkan jarum pendek nya berhenti di angka 8 dan yang panjang berhenti ke angka 12. pertanda udah jam 8, baru sadar klo ni perut belum keisi.
ku rapikan buku, handout, slide2 ( ga ngerapiin sih sebenernya, cuma di semparin aja biar bisa lewat). kemudian aku mulai keluar dari kosan dan berjalan menuju tempatku biasa bercengkrama dengan pak mahrum (penjual nasi goreng dekat kosanku). niatnya emang mau beli makan, tapi nyangkruknya itu yg selalu lama. heheehhee
.
memang tak seperti biasanya, beberapa minggu ini, pak mahrum ditemani sang istri untuk berjualan. biasanya sih selalu anak laki-lakinya yang ke-2 (khotib namanya) yang nemenin.  tapi karena kesibukan dek khotib yang kelas 2 SMP ini di sekolah dan harus menginap di asrama sekolahnya untuk belajar.
perlahan setelah mendekati gerobaknya pak mahrum (karena pak mahrum jualan nasi goreng keliling), seperti biasanya ku sapa mereka. mereka sudah aku anggap sebagai keluarga sendiri, karena kedekatan itulah aku sering main kerumah pak mahrum, mainan sama khotib, dan main sama adik bungsu khotib, namanya saipul (biasanya tak panggil ipul). dia anaknya ga bisa diem tapi bagiku ipul itu cerdas. bila ada apa2 dia selalu tanggap dan cara berbicaranya itu "keren" bila dbandingkan temen2 sebayanya.
.
okee balik lagi ke cerita awal (mulai ga konsen nulis, hehee).
setelah aku menyapa mereka berdua, tak biasanya pak mahrum menjawab salamku dengan tidak semangat. berbeda dengan bu mahrum yang menjawab salamku kemudian menanyakanku "tumben jam segini udh kesini? laper ya? dibuatin nasi goreng ya? (dengan logat maduranya yang kental).
kemudian aku menjawab "nanti aja buk".
.
.
karena tak biasanya pak mahrum tak semangat, aku mencoba untuk mendekatiinya dan menanyakan knp, tapi pak mahrumnya menjawab "ga knapa-knapa".
pada saat itu para pembeli lagi banyak, kemudian aku beralih ke kursi panjang tempat pak mahrum biasanya duduk setelah tak ada pelanggan.
karena rasa keingintahuanku tentang keadaan pak mahrum, aku terus mengamatinya.
.
.
Benar Saja.... sekitar 5 menitan aku duduk dan mengamati pak mahrum, tiba-tiba saat setelah dia memberikan kecap pada nasi goreng buatannya, dan mulai mengaduknya, tiba-tiba badan pak mahrum lunglai seperti pingsan.
sontak sang istri yang berada disampingnya langsung memeluk pak mahrum.
bukan memegang pak mahrum, tapi ibuknya memeluk dan mendekap erat pak mahrum yang hampir jatuh pingsan itu.
aku, beserta para pembeli yang melihat pak mahrum jatuh, spontan langsung mendekat ke arah pak mahrum. dan kami saling membantu menggotong pak mahrum ke kursi panjang yang tadi aku dudukin, agar pak mahrum bisa tidur.
dengan cekatan, dan tetap mendekap pak mahrum, si ibuk memberikan minyak kayu putih ke pak mahrum sambil mengelus badan pak mahrum.  saat itu juga aku langsung mematikan kompor agar nasi yang ada di wajan tak hangus karena kami semua sementara tak memperdulikan nasi pesenannya.
.
setelah diolesi minyak kayu putih, perlahan pak mahrum mulai menegakkan badannya dengan tetap dalam posisi duduk.
yang membuat aku mulai dihinggapi rasa terharu adalah saat setelah pak mahrum mulai menegakkan badannya dan mencoba untuk berdiri, yang dilakukannya adalah berjalan menuju gerobak, berniat untuk meneruskan pekerjaannya yang sempat terhenti. tetapi sang istri pun langsung melarangnya dan menyuruh pak mahrum duduk. dan bu mahrum pun langsung bilang " sudah, bapak istirahat saja, biar aku yang nerusin jualan".
.
mendengar kata2 ibuk tadi aku langsung membuang rasa maluku untuk membantu ibuk jualan, mskipun hanya mendapatkan bagian membungkus nasi. malu ku bukanlah malu dilihat orang karena bungkusin nasi. tetapi malu karena takut bungkusan yang aku lipat sangatlah tak rapi bila dibandiing dengan pak mahrum, apalagi khotib yang bungkusannya sangat rapi.
tetapi rasa malu itu sementara aku buang demi membantu ibuk yang pastinya nanti akan kesulitan dan kerepotan bila menggoreng nasi dan harus membungkusnya, sedangkan pesenan dan pembeli saat itu sedang banyak2nya..
.
saat menggoreng nasipun, ibuk selalu berusaha dan tak pernah berhenti untuk memalingkan matanya sejenak untuk melihat keadaan suaminya yang tadi didekapnya erat.
.
dengan bertambahnya pelanggan yang berdatangan untuk membeli nasi goreng pak mahrum yang memang sedap dan enak, aku justru mulai berpikiran untuk menyuruh ibuk segera menutup dagangannya. bukan karena yang lain, tetapi karena ingin pak mahrum dapat segera istirahat di rumah, karena pada saat itu angin dingin terus berhembus.
sempat aku berbicara ke ibuk agar menutup dagangannya dan segera pulang dan aku menawarkan diri untuk membantu mendorong gerobaknya pulang.
.
dengan melihat bapak dan menanyakan keadaaan bapak, ibuk langsung bilang kepadaku bahwa ibuk harus meneruskan dagangan mereka, mumpung lagi banyak pelanggan, biar ibuk yang tetap jualan dan bapak bisa istirhat di kursi yang panjang itu.
akupun juga meneruskan untuk membantu ibuk membungkus nasi gorengnya.
.
saat itu aku sudah melupakan tugasku yg sebenarnya susah dan banyaknya materi yang belum aku pelajarin.
yang aku pikirkan hanya keadaan bapak dan perasaan ibuk karena khawatirnya yang besar terhadap bapak.
.
aku mulai melihat jam. sudah jam 10 malam dan saat itu masih ada pelanggan dan ibuk masih setia dengan adukan nasi gorengnya. dan dari raut wajah ibuknya, tak terlihat rasa capek sedikitpun, padahal pengaduknya itu berat (pake banget) karena aku sudah pernah mencoba memasak sendiri nasi gorengku disana dan hasilnya, blm selesai nasi gorengku matang, tanganku sudah capek dan pegal-pegal.
.
setelah aku melihat pak mahrum tertidur, aku bertanya ke ibuk ada apa dengan pak mahrum, apakah pak mahrum sebelumnya memang sedang sakit. lalu ibuk menjawab "tadi seblum berangkat itu bapak sudah ngerasa pusing, sudah ibuk suruh untuk libur jualan, tapi si bapak tetep ngotot buat jualan".
.
.
.
.
dari situ aku sungguh-sungguh mendapatkan sebuah pelajaran berharga seperti aku mendapatkannya dengan org yg aku ceritakan di blog ini,
aku mendapatkan pelajaran tentang ikhtiar dan ke-tawakkal-an mereka dalam menjalani sebuah kehidupan. dimana rejeki itu harus mereka cari untuk kehidupan dan masa depan yang cerah untuk anak-anak mereka.
.
.
dan pelajaran lain bisa kita simpulkan masing2 dari cerita ini.
.
terus sebarkan semangat berbagi ya. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar