barusan mendengar kabar bahwa ibunda seorang sahabat dari jakarta yang sedang kuliah di jember, hari ini telah tiada. mengingat kembali beberapa hari yang lalu dia harus segera pulang ke bekasi karena sang ibu sedang sakit.
.
kabar itu sontak membuatku sedikit menahan nafas. merasakan sesuatu yang menusuk langsung ke jantung dan hatiku. sebenarnya bukan tentang sang ibunda dari temanku. tapi tentang diriku sendiri.
pikiran itu tertuju kepada anugerah yang telah Tuhan berikan kepadaku saat ini. sesuatu yang telah membuatku merubah alur, irama, dan cerita dari kehidupanku sebelumnya, meskipun terkadang aku sudah sedikit tidak memperdulikannya lagi. aku sedikit mulai menikmatinya.
tetapi terkadang itu muncul seperti sekarang ini, seperti sebuah cara dari Tuhan untuk berkomunikasi denganku. meskipun melalui hal yang sebenarnya tak kuinginkan.
.
pertanda? bukan. ini hanya sebuah sentuhan angin yang dirasakan oleh sensor-sensor kulit. bukan tentang angin topan yang menghujam segala sesuatunya.
anugerah ini telah membuatku sedikit menjadi orang yang agak perhitungan dari biasanya, dalam artian segala sesuatu harus dipikirkan akibat nya. karena jika aku melakukan sekali kesalahan, itu bisa berakibat yang tak biasa bagi kedepannya.
.
peringatan? bukan, ini hanya sebuah saran yang diberikan oleh matahari agar aku tahu mana arah mata angin.
meskipun aku sudah dibekali setidaknya 3 jenis penawar yang bukan dikonsumsi dalam hitungan periode, tetapi setiap kali aku merasakan sesuatu yang berbeda, itu harus segera masuk kedalam perut. bukan peringatan memang.
.
kapan akan tiba waktunya?
mendengar pertanyaan ini rasanya segala sesuatu yang tajam, menghunus kepala dan berusaha mencabik-cabik semua memori masa lalu. meskipun aku seperti harus melawan benda itu satu persatu untuk mempertahankan memori itu.
.
.
.
.
maka ada satu rangkaian do'a yang setiap kali kudekatkan kening ini ke lantai, langsung membuatku tak kuat membendung air mata..
mungkin salah satu dari kalimat dari surah Ibrahim ayat 44 lah yang membuatku sering melantunkannya.
.
juga mengingatkanku bagaimana detik2 terakhir aku memegang tangan Dis sebelum dia dpanggil oleh Sang Pencipta..
.
.
.
.
semua memang nantinya akan kembali kepada Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar