Kamis, 25 Juli 2013

mencoba komunikasi dari dalam hati #chapter 3



Secara umum, aku menyadari bahwa ekspresi emosi adalah hal yang sangat tidak nyaman. Bahkan, ketika mendapatkan anugerah itu, aku terus tidak mengacuhkan perasaanku. Aku memiliki waktu beberapa bulan antara mendapatkan anugerah dan tindakannya, satu bulan untuk menerima kemungkinan, sekalipun pilihan ku yang tepat, akan menjadi seorang yang secara fisik juga mental dan perasaan yang sangat berbeda sebelum mendapatkan anugerah tersebut.

Bagiku, pada saat itu, akibat pertama adalah kehilangan kebahagiaan, yang kedua kehilangan kepercayaan diri. Bukannya bepikir untuk mengatasi kemungkinan tersebut dengan bantuan seseorang, aku malah mengajukan pertanyaan pada diri sendiri, seakan aku tengah menyiapkan sebuah kuliah bagi para profesional dalam sebuah konferensi atau seminar.

“apa saja dampak jika anugerah ini tidak dikendailkan? Apa saja logistik yang akan aku butuhkan untuk menangani ketidakmampuan mengendalikan berat badanku? Dampak negatif apa yang akan timbul dari perubahan emosi yang begitu cepat? Apakah lebih baik cepat meninggalkan dunia ini daripada hidup terlalu lama dan mengalami segala sesuatu yang menyesakkan hidup?"

Bagi tiap pertanyaan, aku menuliskan setidaknya beberapa jawaban, dengan banyak referensi atau rujukan dan kutipan riset/penelitian para dokter ahli. Sangat ilmiah. Sangat membohongi diri sendiri.

Bersamaan dengan saat aku menerima kabar anugerah itu, fondasi paling bawah dari hubungan ku dengan dunia juga berubah. Komunikasi dengan kata-kata yang selama ini aku andalkan sepanjang kehidupan ramai ku, terbukti tidak memadai untuk mengekspresikan perasaan tentang situasi ku.

Perasaan yang aku alami tentang hidupku dan pengalaman yang sebelumnya telah aku ceritakan di blog ini, menuntut aku untuk melangkah lebih jauh dari sekedar akurat dari kata-kata. Aku belajar melalui pengalaman, tentang nilai berkomunikasi mengenai perasaan melalui sentuhan, kegiatan keagamaan, hembusan nafas, tindakan, dan juga musik.
.
Seperti halnya musik, musik bagiku adalah penyampai perasaan, meskipun tak terjadi komunikasi secara langsung dengan seseorang atau pihak lain. Tapi musik bisa membawa kita menemukan kembali atau menemukan sesuatu yang baru tentang arti segala macam permasalahan atau segala sesuatu tentang kehidupan.

Aku terkadang mulai mendengarkan musik, menutup pintu sehingga tidak ada yang dapat mendengarkan, atau memasangkan headset pada telinga kanan dan kiri. Aku baru memainkan musik kurang dari 3 menit lantunan lirik dan nada-nadanya datang secara ajaib, terangkai dengan sendirinya. Menghasilkan moment yang belum pernah aku dapatkan atau terkadang mengembalikan momen ke masa lalu. 
Dari mana musik ini datangnya???

Dalam this is your brain on music, Daniel. L menyajikan satu argumen yang kuat bahwa secara neurologis, otak kita lebih terancang untuk terkoneksi dengan musik ketimbang dengan kata-kata sebagaimana telah diharfiahkan oleh komunikasi. Aku pikir, musik memiliki keutamaan dalam mengekspresikan perasaan yang mungkin terlalu memalukan atau menakutkan jika dikatakan.

Setidaknya itulah yang aku alami.

Special song: tentang rasa, Thousand years, if you’re not the one. Dan masih banyak lagi yang tak bisa ku sebutkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar