Seperti
dalam artian harfiah, komunikasi adalah proses penyampaian informasi entah itu
ide, gagasan, pesan, atau yang lainnya yang mungkin bersifat penting dari satu
pihak ke pihak yang lain atau lebih banyak pihak lagi.. dan Pada umumnya
komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal.
Itu
harfiahnya. Lalu bagaimanakah jika kita tidak bisa melakukannya dengan lisan
atau verbal, mungkin terhalang oleh akses untuk berkomunikasi, terhalang oleh
titik koordinat dimana kaki berpijak, atau juga terhalang oleh benteng yang itu
tak bisa terlihat oleh kasat mata tetapi dapat terlihat dan tervisualisasikan
dengan jelas oleh perasaan.
Yap,
hati. Jika secara verbal sudah tak mungkin bisa dilakukan dengan baik atau
sudah tak ada cara lagi untuk menyampaikan informasi, ide, ataupun isi perasaan,
lalu bagaimana bisa diungkapkan???
.
Pertanyaan
itu mungkin bergelayut indah di kehidupanku dan bisa jadi dikehidupan orang
lain yang mungkin mengalami hal yang sama sepertiku.
.
Jika
ada sebuah pendirian hati, bahwa segala sesuatu tak harus selalu dengan alasan
dan diungkapkan, mungkin itu bisa menjadi pemakluman. Tapi bagaimana dengan
“segala sesuatu pasti ada alasan dan harus diungkapkan??
Sungguh
membingungkan bukan??
.
Tetapi
semua pertanyaan itu terjawab setelah aku melakukan kewajiban 3 rakaat saat
itu. Teringat tentang kepercayaan bahwa
Tuhan Maha Mengetahui dan aku juga percaya bahwa Tuhan itu adalah penyampai
pesan yang paling dan terbaik di isi dan alam semesta ini.
.
Untuk
chapter ini aku mungkin sedikit menyimpang dengan tak menggabungkan anugerahku
yaang menyesakkan tetapi memberikan kenikmatan. Aku coba saja berbagi tentang
pengalaman saat aku menulis tulisan ini. Saat ini aku sedang membayangkan
sesosok wanita yang bagi logika itu hanya terpisah secara koordinat sejak beberapa minggu. Tetapi bagi perasaan,
itu rasanya seperti duduk di beranda rumah sambil melihat buah pepaya jatuh
dari pohonnya, LAMA.
Ada
banyak hal yang saat itu aku ingin bagikan dengan dia termasuk segala curahan
isi perasaan yang selama ini bingung untuk ku bagikan dengan dia.
.
Saat
itu aku teringat akan kepercayaanku bahwa Tuhan adalah Maha Pembawa Pesan bagi
umat-Nya dan Maha Mendengar segala macam dan segala bentuk curahan hati dari
umat-Nya, langsung saja aku gelar sajadah dan setelah melakukan kewajiban rakaat
tertentu berdzikir, aku langsung menengadahkan kedua tanganku. Mungkin saat itu
aku tak meminta dan tak mengucapkan do’a. Kata-kata curahan isi hati aku
ungkapkan kepada Tuhan . tak biasa aku seperti ini. Hanya saja saat itu
langsung terasa begitu menyesakkan ketika aku tak bisa mengungkapkannya secara
langsung dengan verbal...
Setelah
panjang lebar dikali tinggi aku ungkapkan dengan begitu “khidmat dan khusyuk”,
aku kemudian mengangkat sajadah, melipatnya, dan meleteakkannya di tempat
biasa. Selang beberapa menit aku kemudian berfikir, apakah pesanku yang aku
curhatkan bisa tersampaikan kepada seseorang yang ku maksud dalam hati dan
do’aku???
Belum
selesai aku berfikir dan meragu, tiba-tiba sebuah pesan sms masuk kedalam hape.
Pada saat itu akuu langsung membukanya, tak pernah berharap datang dari sana,,,
tapiiiiii,,,
Tiba2
setelah aku membaca pesan itu, aku langsung jingkrak-jingkrak koprol
kegirangan.
YAPPP,,,
pesanku yang aku sampaikan keTuhan langsung diteruskan kepada orang itu.
.
Sudah,
bukan saatnya membuka kegembiraanku, kembali kepada inti dari komunikasi dari
dalam hati.
tunggu chapter 3 ya :).
akan ada pengalamanku lagi yang akan aku bagikan :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar