Sabtu, 20 Juli 2013

mencoba komunikasi dari dalam hati #chapter 2


Seperti dalam artian harfiah, komunikasi adalah proses penyampaian informasi entah itu ide, gagasan, pesan, atau yang lainnya yang mungkin bersifat penting dari satu pihak ke pihak yang lain atau lebih banyak pihak lagi.. dan Pada umumnya komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal.

Itu harfiahnya. Lalu bagaimanakah jika kita tidak bisa melakukannya dengan lisan atau verbal, mungkin terhalang oleh akses untuk berkomunikasi, terhalang oleh titik koordinat dimana kaki berpijak, atau juga terhalang oleh benteng yang itu tak bisa terlihat oleh kasat mata tetapi dapat terlihat dan tervisualisasikan dengan jelas oleh perasaan.
Yap, hati. Jika secara verbal sudah tak mungkin bisa dilakukan dengan baik atau sudah tak ada cara lagi untuk menyampaikan informasi, ide, ataupun isi perasaan, lalu bagaimana bisa diungkapkan???
.
Pertanyaan itu mungkin bergelayut indah di kehidupanku dan bisa jadi dikehidupan orang lain yang mungkin mengalami hal yang sama sepertiku.
.
Jika ada sebuah pendirian hati, bahwa segala sesuatu tak harus selalu dengan alasan dan diungkapkan, mungkin itu bisa menjadi pemakluman. Tapi bagaimana dengan “segala sesuatu pasti ada alasan dan harus diungkapkan??
Sungguh membingungkan bukan??
.
Tetapi semua pertanyaan itu terjawab setelah aku melakukan kewajiban 3 rakaat saat itu.  Teringat tentang kepercayaan bahwa Tuhan Maha Mengetahui dan aku juga percaya bahwa Tuhan itu adalah penyampai pesan yang paling dan terbaik di isi dan alam semesta ini.
.
Untuk chapter ini aku mungkin sedikit menyimpang dengan tak menggabungkan anugerahku yaang menyesakkan tetapi memberikan kenikmatan. Aku coba saja berbagi tentang pengalaman saat aku menulis tulisan ini. Saat ini aku sedang membayangkan sesosok wanita yang bagi logika itu hanya terpisah secara koordinat  sejak beberapa minggu. Tetapi bagi perasaan, itu rasanya seperti duduk di beranda rumah sambil melihat buah pepaya jatuh dari pohonnya, LAMA.
Ada banyak hal yang saat itu aku ingin bagikan dengan dia termasuk segala curahan isi perasaan yang selama ini bingung untuk ku bagikan dengan dia.
.
Saat itu aku teringat akan kepercayaanku bahwa Tuhan adalah Maha Pembawa Pesan bagi umat-Nya dan Maha Mendengar segala macam dan segala bentuk curahan hati dari umat-Nya, langsung saja aku gelar sajadah dan setelah melakukan kewajiban rakaat tertentu berdzikir, aku langsung menengadahkan kedua tanganku. Mungkin saat itu aku tak meminta dan tak mengucapkan do’a. Kata-kata curahan isi hati aku ungkapkan kepada Tuhan . tak biasa aku seperti ini. Hanya saja saat itu langsung terasa begitu menyesakkan ketika aku tak bisa mengungkapkannya secara langsung dengan verbal...

Setelah panjang lebar dikali tinggi aku ungkapkan dengan begitu “khidmat dan khusyuk”, aku kemudian mengangkat sajadah, melipatnya, dan meleteakkannya di tempat biasa. Selang beberapa menit aku kemudian berfikir, apakah pesanku yang aku curhatkan bisa tersampaikan kepada seseorang yang ku maksud dalam hati dan do’aku???
Belum selesai aku berfikir dan meragu, tiba-tiba sebuah pesan sms masuk kedalam hape. Pada saat itu akuu langsung membukanya, tak pernah berharap datang dari sana,,, tapiiiiii,,,
Tiba2 setelah aku membaca pesan itu, aku langsung jingkrak-jingkrak koprol kegirangan.
YAPPP,,, pesanku yang aku sampaikan keTuhan langsung diteruskan kepada orang itu.
.
Sudah, bukan saatnya membuka kegembiraanku, kembali kepada inti dari komunikasi dari dalam hati.

Bagaimanakah itu bisa berjalan????
tunggu chapter 3 ya :).
akan ada pengalamanku lagi yang akan aku bagikan :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar